REPUBLIKA.CO.ID, Memulai bisnis sendiri tidak mudah. Butuh
mental baja dan modal yang cukup untuk memulainya. Berikut adalah tips memulai
bisnis sendiri dari perencana keuangan Safir Senduk:
1. Dukungan keluarga
Dukungan dari orang sekitar seperti keluarga, rekan, atau
siapa saja yang dekat dengan kita diperlukan agar mereka bisa membantu
mewujudkan keinginan kita.
2. Mental baja
Karena di dunia usaha berlaku pakem untung dan rugi, maka
seorang pengusaha dituntut siap mental menghadapi berbagai cobaan. ''Milikilah
mental juara atau pengusaha, bukan mental karyawan,'' kata Safir.
Ada contoh kecil yang diambil Safir untuk membedakan mental
karyawan dan pengusaha. Seorang karyawan akan selalu merasa ragu ketika
memberikan kartu namanya, atau membagikan brosur ke semua orang. Ia berfikir
apakah bisnisnya akan berkembang bila ia bebas membagi-bagikan kartu namanya ke
orang lain. ''Seorang pengusaha tidak akan ragu membagikan brosur dan kartu
nama ke orang lain,'' ungkap Safir.
3. Keuangan
Pengusaha pemula biasanya kesulitan menjalankan usahanya
karena keterbatasan dana. Bahkan, bagi pengusaha yang bisnisnya sudah berjalan
pun, dana menjadi persoalan tersendiri. Sebagai modal utama, dana dirasakan sebagai
masalah ketika kebanjiran order, atau harus menggaji karyawan. Karena itu, kata
Safir, ketika meminjam uang faktor fleksibilitas harus menjadi pertimbangan
utama. Sebab, bisnis tidak selamanya lancar. Menurutnya, peminjam harus
menghindari pinjam uang dari rentenir karena biasanya pungutan bunganya sangat
tinggi.
4. Pinjam ke bank
Pinjam dana dari lembaga perbankan juga sebaiknya
dipertimbangkan dengan baik karena bank biasanya hanya memberikan pinjaman
kepada mereka yang bisnisnya sudah berjalan. Belum lagi syarat legalitas formal
yang umumnya masih menjadi kendala bagi mereka yang baru memulai usaha.
5. Pinjam dari keluarga sendiri
Menurutnya, yang paling kecil risikonya adalah meminjam dana
dari suami, istri, atau orang yang dekat dengan kita. Dengan bermodal
kepercayaan dan konsisten biasanya bisnis bisa berjalan lancar. Setelah usaha
berjalan harus ada pembedaan antara keuangan usaha dan keluarga. Ini penting
agar tidak terjadi kekacauan manajemen sehingga bisa menyulitkan bisnis.
6. Dana darurat
''Kalau ada penghasilan besar, sisihkan sebagian karena
bisnis tidak selamanya enak. Ada kalanya kita sedang turun sehingga dana yang
kita sisihkan itu bisa digunakan.'' tegas Safir mengingatkan.
7. Sistem bisnis
Safir juga mengingatkan pentingnya sistem dalam bisnis yang
dibangun. Sehingga para karyawan dapat menjalankan aktivitas bisnis secara
teratur sesuai dengan yang telah ditetapkan atasan. ''Kalau kita tinggal pergi
dan kemudian kembali, bisnis masih jalan. Sistem yang dibuat hendaknya sederhana
dan mudah diikuti.'' Setelah usaha berjalan, sering kali memasarkan produk atau
jasa menjadi persoalan berikutnya.
8. Beriklan
Biasanya perusahaan yang memiliki modal besar akan memasang
iklan di media massa. Bagi yang bermodal sedang akan membuat brosur, atau
promosi kecil-kecilan. Lalu bagaimana yang bermodal pas-pasan alias berkantong
tipis ? Sering kali kita lupa menarik hati konsumen dalam berbisnis. Menarik
hati konsumen tidak selalu efektif melalui iklan atau brosur yang perlu biaya.
Langkah lain adalah iklan dari mulut ke mulut atau bahasa Inggrisnya buzz
marketing. Menurutnya, iklan dari mulut ke mulut ini selain gratis juga cukup
efektif. Gunakan energi orang lain untuk memasarkan produk atau jasa usaha
Anda.
9. Jangan pilih pelanggan
Mereka hendaknya selalu mendapat layanan yang sama meski
belum tentu membeli barang yang Anda jual. Mengajak pelanggan mengobrol santai
seperti teman menjadi hal positif. Sebab, akhirnya ia akan bercerita ke orang
lain. Orang selalu ingin menyalurkan perasaan apakah senang atau sebal.
Biasanya sebal akan lebih cepat sampai ke orang lain. ''Kalau ini terjadi akan
merugikan bisnis Anda karena orang itu akan berbicara ke orang lain dalam
jumlah yang sulit diketahui,'' tegas Safir.
sumber: http://www.republika.co.id